Sabtu, 15 Mei 2010

makalah b indo

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan kehidupan umat manusia di dunia sekarang ini, telah mengalami perubahan yang sangat signifikan. Perubahan ini dapat dilihat dari kebiasaan–kebiasaan hidup manusia yang sudah mengadopsi budaya–budaya modern. Dan hal-hal yang mungkin dianggap ketinggalan zaman sudah mulai ditinggalkan, tanpa melihat substansi pokok darinya. Hal seperti ini akan menimbulkan berbagai efek ( baik negatif maupun positif ) dalam kehidupan manusia sekarang ini, maupun di masa yang akan datang. Karena kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dengan alam sekitarnya baik berupa lingkungan sosiologis maupun lingkungan biotis beserta abiotisnya. Dalam contohnya dapat kita lihat dari keterpurukan yang melanda berbagai penjuru dunia. Kebanyakan dari mereka yang tidak mampu untuk mengikuti budaya yang ada (karena menyangkut hal – hal yang bersifat materi), akan jauh tertinggal dari yang lainnya. Dan kelangsungan hidupnya pun akan tergantung dari belas kasihan dari orang lain.

Untuk menghadapi hal semacam ini maka penulis mengangkat sebuah tema yaitu “ Menghadapi Tantangan Hidup dengan Meningkatkan Kekuatan Hati ” agar para pengembara kehidupan semakin percaya bahwa dirinya mampu untuk meraih kesuksesan dengan mengoptimalkan kekuatan hati yang dimilikinya. Dan dalam konteks ini, akan dibahas tentang kekuatan hati yang dimiliki manusia.

B. Permasalahan

1. Bagaimana sebenaranya hubungan antara kekuatan hati dan kehidupan manusia?

2. Bagaimana cara mengoptimalkan kekuatan hati?

C. Batasan Masalah

Sesuai dengan judul karya tulis ini “Menghadapi Tantangan Hidup dengan Meningkatkan Kekuatan Hati”, penulis membatasi masalah pada:

1. Kekuatan hati yang dimiliki manusia

2. Faktor dan cara pengoptimalan kekuatan hati

D. Tujuan

Tujuan dari penulisan karya tulis ini, Bahwasannya keterpurukan manusia di zaman sekarang ini dapat diatasi dengan kekuatan hati manusia yang dimiliki oleh setiap individu. Dan juga agar setiap manusia mengetahui cara-cara tertentu untuk mengoptimalkan kekuatan hati yang dimilikinya.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis dalam mengumpulkan data menggunakan metode :

1. Studi kepustakaan

2. Media internet

F. Sistematika

Sebagai upaya memperjelas dan memahami isi karya tulsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang dibagi dalam tiga bab sebagai berikut :

1. Bab pertama

Merupakan pendahuluan yang berisi :

a) Latar belakang masalah

b) Rumusan masalah

c) Batasan masalah

d) Tujuan pennulisan

e) Metode pengumpulan data

f) Sistematika penulisan.

2. Bab kedua

Berisi tentang sub-sub bab yaitu :

a) Keterpurukan dan Kelalaian Manusia

b) The Power of Heart

c) Manusia Seutuhnya

3. Bab ketiga

Dalam bab ini adalah Penutup. Pada bab ini penulis menarik suatu kesimpulan dari pembahasan serta mengemukakan saran yang berkaitan dengan hasil karya tulis ini.

BAB II

MENGHADAPI TANTANGAN HIDUP

DENGAN MENINGKATKAN KEKUATAN HATI

A. Keterpurukan Manusia dan Kelalaian Manusia

Manusia dalam kodratnya adalah seorang makhluk ciptaan Allah SWT. yang diberi karunia akal, dalam istilah ilmu mantiqnyaالا نسان حيوان ناطق yaitu manusia adalah hewan yang bisa berfikir. Pemberian akal kepada manusia agar dalam kehidupannya manusia mampu berfikir tentang arti hidup ini. Sehingga akan dikandung makna yang lain bahwasannya manusia yang tidak menggunakan akalnya tidak lain hanyalah seekor hewan, hanya saja bentuknya yang menyerupai manusia. Ketika melihat dalam realitas kehidupan kita saat ini, sudah banyak manusia yang menjadi hewan hanya karena tidak digunakannya akal mereka, bahkan tidak hanya itu, sudah banyak manusia yang tidak malu lagi untuk memamerkan apa yang seharusnya tidak mereka pamerkan. Hal seperti ini sudah menjadi global culture dimasa sekarang ini. Belum lagi ketika melihat kemiskinan yang melanda dunia ini (Indonesia khususnya), banyak sekali diantara rakyat miskin yang membutuhkan uluran tangan dari orang orang yang berduit, namun kenyataannnya berbalik arah. Bukannya kemiskinan diimbangi dengan kedermawanan, namun kemiskinan yang ada diimbangi dengan kerakusan untuk memperoleh harta dan jabatan. Sudah sepantasnya kita menggunakan akal pikiran, bagaimana caranya agar kita dapat menjaga kelangsungan hidup manusia, bukan hewan. Khususnya dimasa mendatang saat anak cucu kita melangsungkan kehidupannya. Dari sebuah kaidah “ الانسان محل الخطاءوالنسيان ” bahwasannya manusia diciptakan pada tempatnya salah dan lupa. Memang sering kali manusia mengalami kelalaian dalam menjalani kehidupannya. Hal inilah yang sedang dialami manusia sekarang ini, sebagai contohnya kebebasan informasi secara bebas baik legal maupun illegal. Dan juga kebanggaan dengan kemaksiatan, ketidakwarasan serta kerusakan.[1] Namun sebagai manusia yang masih sadar dengan segala kekuatan berfikirnya maka seharusnya segala perbuatan dan pengalaman yang berakibat fatal untuk tidak diulangi lagi, semua hal yang telah menjadi pengalaman semestinya dianalisa dan diperbaiki jika membutuhkan perbaikan. Dan dari contoh diatas bahwasaanya manusia sekarang ini, telah terjerumus dalam keterpurukannya akibat dari kelalaian yang menutupi suara hati manusia. Karena sesungguhnya suara hati manusia selalu mengatakan kebenaran. Hanya saja karena kebiasaan yang dijalaninya membuat suara hati itu menjadi tak terdengar.

Sebagai seorang muslim sejati, seharusnya diharapkan mampu untuk berjalan maju, merubah kebrobokan moral akibat dari keterpurukan manusia saat ini, Rasulullah SAW telah bersabda “ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak ”.

B. The Power Of Heart

Di dalam kitab suci Al-Qur’an, secara jelas Allah SWT telah menyampaikan bahwa manusia dianugerahi akal untuk berpikir dan memecahkan masalah serta dianugerahi hati untuk memahami realitas.

Sebelum membahas lebih lanjut, sepatutnya kita mengetahui terlebih dahulu sebenarnya hati itu sendiri. Terdapat beberapa beberapa arti dalam istilah hati diantaranya adalah :[2]

1. Qolbu sebagai ‘Udwun shanaubariyyun

Dalam pengertian yang pertama ini, kata qolbu (hati) di artikan secara biologis, yakni salah satu organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai pusat peredaran darah yang letaknya di rongga dada sebelah kiri bagian atas atau bisa disebut jantung.

2. Qalbu sebagai Fuad

Disini Qalbu didefinisikan dari segi metafisis. Yaitu tempat penyimpanan perasaan-perasaan manusia. Atau dalam bahasa Inggrisnya biasa disebut “ Heart ”.

3. Qalbu sebagai akal

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Qalbu diartikan sebagai daya pikir atau al-Aqlu.

Di dalam hati atau Qalbu ada yang disebut dengan hati nurani atau seringkali disebut hati yang terdalam. Hati nurani ini merupakan sub sistem di dalam hati yang bekerja secara konsisten ter­hadap kebenaran, kebaikan, kejujuran dan berbagai sifat-sifat mulia lainya.

Hati nurani ini berfungsi mengingatkan manusia pada kebenaran, meluruskan ketika manusia melakukan kesalahan, mengingatkan untuk berbuat kebaikan dan untuk intro­speksi terhadap apa yang ada dalam jiwanya.[3]

Menurut Ary Ginanjar Agustian, penulis buku Best Seller “ESQ & ESQ Power” mengatakan bahwa, ” Revolusi Hati adalah Revolusi Kehidupan.[4] Dalam kehidupan sebaiknya jangan hanya mengandalkan kekuatan otak dan akal pikiran semata. Karena otak atau pikiran merupakan sesuatu yang terbatas dan bersifat sementara. Berusahalah mendengarkan suara hati nurani, menggunakan kekuatan hati yang positif sebagai pembimbing dalam kehidupan. Karena dialah sesungguhnya diri sejati Anda.

Berkaitan dengan suara hati, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu :[5]

1. Kondisi sosial

Kondisi sosial yang dialami manusia akan mempengaruhi suara hati manusia. Misalnya saja seseorang yang lahir dan hidup dilingkungan keluarga dan masyarakat yang religius , dimana dia berada pasti hatinya akan berkata untuk melakukan perbuatan yang baik menurut agamanya, berbeda dengan seorang yang hidup didaerah perkotaan yang identik dengan keindividualannya, maka hatinya akan selalu menyuruh agar melakukan kegiatan yang menguntungkan dirinya tanpa memperdulikan orang lain. Hal ini semua tidak terlepas dari sebuah kebiasaan yang akan membentuk kepribadian hati, karena sesungguhnya hati akan selalu berkata jujur.

2. Tingkat kecerdasan dan keilmuan

Selain kondisi sosial, suara hati juga dipengaruhi oleh keilmuan yang dimiliki seseorang.

Setiap kali ilmu dan akal seseoarang bertambah, maka suara hati ikut meningkat. Demikian itu terjadi karena informasi dan pengalaman, baik yang berkenan dengan sesuatu yang bermanfaat maupun yang membahayakan, dapat memperluas akal, yang kemudian diikuti luas dan meningkatnya suara hati.[6]

Jadi dengan adanya dua faktor tersebut, maka manusia ketika ingin mengoptimalkan kekuatan hati, diharuskan untuk berhati-hati dalam menentukan jalan hidup yang ditempuhnya. Seandainya sudah terlanjur hidup dalam keterpurukan, maka dituntut untuk mencari jati diri suara hati yang sebenarnya. Dan keyakinan tentang kebenaran suara hati itu juga membutuhkan analisa diri atau dalam istilah ilmu tasawufnya “muhasabah”. Setelah manusia menemukan suara hatinya barulah sistem implementasi hati yang diterapkan. Karena kekuatan hati ini memiliki kedahsyatan yang melebihi kekuatan pikiran manusia yaitu hati sebagai raja dari semua anggota tubuh, hatilah yang mengatur dan memerintahkan otak, akal pikiran dan panca indra manusia.[7] Namun demikian, kekuatan hati manusia akan bekerja maksimal ketika hati itu sudah di-input cahaya keilahian. Dan cahaya Allah ketika menemukan hati seseorang yang penuh dengan masalah-masalah duniawi, maka cahaya itu kembali ketempat dari mana ia turun. Cahaya-cahaya Illahiah akan masuk kedalam hati bila menemukan tempat sesuai dengan kedudukannya. Seseorang yang menghendaki Nurullah itu masuk kedalam hati, hendaknya ia bersihkan hatinya dari kotoran yang melekat di dalamnya. Kalbu seharusnya tetap dalam situasi kesucian. Meskipun Sesungguhnya dasar hati manusia bersih dan suci dan ketika manusia lahir ke dunia ia telah dihiasi oleh Allah dengan kalbu sakinah yang di kokohkan oleh nafsu mutmainnah (nafsu yang tenang). Allah berfirman :” Dan memancarlah cahaya bumi dengan nur Tuhannya”. (Q.S. Az-Zumar : 69). Pada ayat lain firman Allah SWT. : “ Adapun orang yang telah Allah bukakan dadanya dengan Islam, maka ia telah mendapatkan cahaya dari Tuhannya “. Namun karena peradaban dan kelalaian manusia maka cahaya hati nurani manusia menjadi mati.[8]

C. Manusia Seutuhnya

Dari pembahasan tentang Hati, sesungguhnya manusia telah dituntut untuk menghadapi kehidupannya dengan pengendalian hati yang bersifat sufistik atau mengaplikasikan cahaya-cahaya ketuhanan dalam hati manusia. Dalam rangka membangun manusia seutuhnya (hakikat manusia diciptakan[9]) dizaman sekarang ini, diharuskan adanya bimbingan moral spiritual dalam berbagai bentuk ritual keagamaan. Karena pencapaian kebahagiaan hidup manusia akan tergantung pada tingkat kedekatannya dengan sang pencipta. Demikian juga dengan pengoptimalan kekuatan hati yang juga membutuhkan unsur-unsur keilahian.

Untuk lebih jelasnya lihat bagan berikut :












Rounded Rectangle: Manusia lahir (fitrah)


Rounded Rectangle: Untuk mendapatkan cahayaNya (bersihkan hati)


Rounded Rectangle: Hidup didunia (banyak maksiat)hati menjadi kotor


Bagan 1.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai uraian yang telah penulis paparkan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwasannya hubungan sebenarnya antara kekuatan Hati dan kehidupan manusia adalah dalam praktek pengaplikasiaanya, karena sesungguhnya manusia sudah memilikinya dan diantara dua komponen tersebut sangat berkaitan, karena bentuk keimanan hati seseorang ditentukan oleh lingkungan kehidupannya.

2. Sedangkan cara untuk mengoptimalkan kekuatan hati adalah dengan cara memperbanyak unsur-unsur pembentuk kesucian hati, seperti memperbanyak dzikir, menjauhi perkara yang dapat merusak keimanan, karena susunan hati seseorang akan menjadi baik dan dapat dioptimalkan dalam kebaikan ketika unsur hati sudah menyatu dengan unsur cahaya keilahian. Dan setelah dua unsur itu menyatu, maka manusia dapat mengoptimalkan kekuatan hatinya untuk memperoleh kesuksesan.

B. Kritik dan Saran

Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan ringan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna perbaikan penulisan karya tulis di masa mendatang

DAFTAR PUSTAKA

Al Hamid, Al Habib Idrus. 2009. Membangun Manusia Seutuhnya.Surabaya: Khalista

http://ekojalusantoso.com/?p=92

http://oyonk.com/hati-cahaya-pada-kehidupan/

Abdusshomad, Muhyidin. 2005. Penuntun Qalbu. Surabaya: Khalista

As-Sirjani, Raghib. 2006.Bukan Zaman Abrahah. Solo: Aqwam



[1] Raghib As-Sirjani.Bukan Zaman Abrahah.(Solo: Aqwam, 2006). hal. 63

[2] Muhyidin Abdusshomad.Penuntun Qalbu.(Surabaya: Khalista,2005). hal. 55

[3] http://ekojalusantoso.com/?p=92

[4] Ibid.

[5] Al Habib Idrus Al Hamid. Membangun Manusia Seutuhnya.(Surabaya: Khalista, 2009). Hal. 14

[6] Al Habib Idrus Al Hamid. Membangun Manusia Seutuhnya.(Surabaya: Khalista, 2009). Hal. 15

[7] http://ekojalusantoso.com/?p=92

[9] Hakikat manusia diciptakan adalah untuk menyembah kepada Allah, terdapat ayat dalam al Quran : “وماخلقت الجن والانس الا ليعبدون yang berarti “sesungguhnya Aku tidak menciptakan manusia dan jin kecuali hanya untuk beribadah ” oleh karenanya arti sebenarnya hidup ini hanya untuk menyembahNya, namun dalam kehidupannya manusia juga tidak boleh meninggalkan kewajiban keduniaanya seperti mencari nafkah, menolong sesama dan juga menaati peraturan pemerintah. Karena kewajiban keduniaan juga akan dihitung sebagai amal akhirat ketika diniatkan untuk mencari keridhaanNya,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar